Jumat, 21 Oktober 2011

Tarian Soya-soya

Tarian ini berlatarbelakang peristiwa dalam sejarah Ternate, semasa pemerintah Sultan Babullah (1570-1583), yaitu tatkala Sultan Babullah menyerbu benteng Portugis di Kastela  (Santo Paolo Pedro) untuk mengambil jenasah ayahnya. Sultan Khairun yang dibunuh secara kejam oleh tentara Portugis di dalam benteng tersebut. Tarian yang bertemakan patriotisme ini diciptakan oleh para seniman kesultanan untuk mengabdikan peristiwa bersejarah tersebut.

Tarian soya-soya ini, diartikan sebagai tarian pejmeputan. Sebab, biasanya tarian ini kerap diperagakan saat akan melakukan penjemputan tamu penting atau tamu kebesaran oleh pihak Keslutanan yang datang.

Selain tarian cakalele, tarian soya-soya ini juga diistilahkan dengan tarian perang, karena berdasarkan laterbalakang tarian ini, digunakan oleh pasukan keslutanan untuk berperang melawan penjajah



http://malutpost.com/berita/index.php?option=com_content&task=view&id=156&Itemid=48

Tarian Lenso



Tarian Lenso adalah tarian muda-mudi dari daerah Minahasa (sulut) dan daeah Maluku,Tarian ini biasanya di bawakan secara ramai-ramai bila ada Pesta. Baik Pesta Pernikahan, Panen Cengkeh, Tahun Baru dan kegiatan lainnya.
Tarian ini juga sekaligus ajang Pencarian jodoh bagi mereka yang masih bujang...mau coba?
Lenso artinya Saputangan. Istilah Lenso, hanya dipakai oleh orang-orang (masyarakat di daerah Sulut, sebagian Sulteng dan daerah lain di Indonesia Timur)



http://syafiraelrin.blogspot.com/2010/03/tari-lenso.html

Tarian Orlapei


Tari Orlapei
Tarian ini adalah tarian penyambutan para tamu kehormatan pada acara-acara Negeri/Desa di Maluku Tengah. Pada umumnya menggambarkan suasana hati yang gembira dari seluruh masyarakat terhadap kedatangan tamu kehormatan di Negeri/Desa-nya, dan menjadi ungkapan Selamat Datang. Kombinasi pola lantai dan gerak serta rithem musik lebih memperkuat ungkapan betapa seluruh masyarakat Negeri/Desa setempat merasa sangat senang dengan hadirnya tamu kehormatan di Negeri/Desa mereka.Tarian ini menggunakan properti “gaba-gaba” (bagian tangkai dari pohon sagu/rumbia sebagai makanan khas rakyat Maluku, dan dalam dialek Maluku disebut “jaga sagu”) Diiringi alat musik tradisional rakyat Maluku, yaitu : Tifa,

Tari Tidetide


Foto (Klik foto untuk deskripsi lebih jelas)




Tidetide adalah tarian khas Halmahera Utara yang biasanya dipentaskan pada acara tertentu seperti pada pesta perkawinan adat atau pesta rakyat. Gerakan pada tarian Tidetide memiliki makna tertentu yang dapat diartikan sebagai bahasa pergaulan sehingga Tidetide juga dikenal sebagai tari pergaulan. Tarian ini dibawakan oleh kelompok penari pria dan wanita yang berjumlah 12 orang sambil diiringi tabuhan tifa, gong dan biola


http://poss.tarumanagara.ac.id/tariandaerah/home.php?ref=galeri&propid=20&type=all&videoid=34

"Legu-Legu", Tarian Klasik Keraton Ternate Posted


Ciri utama dari kesenian tradisional orang Ternate adalah bentuk seni konvensional. Berdasarkan ciri-cirinya, kesenian tradisional di Ternate dibagi atas dua kelompok, yaitu :Kesenian Istana/Keraton (Hofkunst) dan Kesenian Rakyat (Volkskunst).

Kesenian Istana adalah kelompok kesenian yang dicipta ataupun dibina, dikembangkan oleh dan untuk kalangan keraton kesultanan. Umumnya merupakan kelengkapan adat yang bersifat ritual maupun seremonial. Sedangkan Kesenian Rakyat yaitu kelompok kesenian yang dicipta, dibina dan dikembangkan oleh dan untuk kalangan masyarakat umum. Kesenian istana telah ada sejak jaman pra-Islam, yakni dalam bentuk seni tari dan seni suara. Di Ternate, perpaduan dari kedua bentuk seni ini terwujud dalam sebuah tarian klasik yang bersifat ritual, yaitu “Legu-Legu”.

Pentas Legu-Legu di Halaman Pendopo, Photo by Busranto

Tarian Legu-Legu hanya terdapat dan hanya dipentaskan di lingkungan Keraton Ternate saja. Tarian ini bukan merupakan tarian tunggal yang hanya dibawakan oleh 1 orang penari melainkan dilakukan oleh lebih dari 5 0rang, bahkan bisa sampai 25 orang secara serentak. Para penari yang terdiri dari gadis-gadis muda harus yang masih perwan/belum menikah. Ketentuan ini mengandung makna bahwa Legu-Legu mempunyai sifat sakral. Para penari merupakan medium yang masih suci. Kadang ada satu atau lebih penari yang melakukannya gerakan, tidak dalam keadaan sadar/kemasukan roh nenek moyang. Tarian legu-Legu ini hanya dipentaskan pada saat-saat tertentu dengan pertimbangan utamanya harus bersifat ritual dan mempunyai keterkaitan dengan adat keramat keraton.
Yang unik dari tarian klasik milik keraton kesultanan Ternate ini adalah bahwa para penari yang membawakannya hanya boleh berasal dari keturunan Soa/Marga “Soangare” atau “Soa Ngongare” saja. Soangare merupakan salah satu klan dari kelompok kekerabatan khas Ternate yang walaupun secara genalogis bukan keturunan sultan namun klan ini sangat dekat di kalangan istana karena marga Soangare sejak dahulu merupakan salah satu marga yang menjadi “Abdi Dalem” yang sangat setia di keraton kesultanan Ternate.

Tarian Legu-Legu ini biasanya disebut juga dengan sebutan “Legu Kadato”, untuk membedakan dengan Istilah Legu Gam (Perayaan tahunan Pesta Adat/Pesta Negeri). Tarian ini dibawakan sambil diiringi dengan orkes tabuh khas daerah Maluku yang terdiri atas; Dua buahTifa kecil, sebuah Gong tembaga dan didampingi dua orang penyanyi wanita setengah baya. Biasanya lirik yang dinyanyikan berasal dari syair-syair kuno berbahasa Ternate yang dikutip dari sastra lisan Ternate, yaitu DorobololoDalil Tifa dan Dalil Moro. (lihat artikel terkait sebelumnya)

Para gadis penari Legu-Legu memainkan gerakan tarian ini dengan pola melingkar (Round Dances) dengan komposisi gerakan tari yang sangat rumit. Temponya lambat dan biasanya memakan waktu lebih dari 1 jam untuk menyelesaikannya. Legu-Legu yang fungsinya sebagai tarian ritual yang sakral, maupun dalam komposisi tarian dan penarinya, mengingatkan kita pada Tari Bedoyo Ketawang dari keraton Kasunan Surakarta dan Tari Bedoyo Semang di keraton kesultanan Yogyakarta yang sudah terkenal di manca negara.

Gerakan dalam tarian Legu-Legu lebih mengutamakan gerak tangan yang memainkan selendang yang biasanya merah-kuning (merah=kanan, kuning=kiri) yang terikat di pinggang penari dan juga mengutamakan gerakan tumit. Tarian ini juga menggunakan sebuah kipas lipat yang kadang digunakan dalam gerak tari. Bila sedang tidak digunakan atau melakukan gerakan lain, maka kipas lipat tadi diselipkan di dalam ikat pinggang si penari. Tarian ini sama sekali tidak menggunakan gerakan pinggul atau gerakan kepala.

Gadis penari tarian ini menggunakan semacam ikat kepala berwarna kuning keemasan berbentuk mahkota/tiara di bagian depan dan semacam sayap kecil di bagian kiri-kanan di atas telinga serta berbentuk ekor di bagian belakang kepala. Ikat kepala ini berhiaskan manik-manik dan permata yang digantungkan. Hampir seluruh tubuh mereka ditutupi dengan busana yang berwarna kuning, ditambah semacam selendang yang diikatkan di bagian pinggang, dilengkapi ikat pinggang berwarna dengan hiasan bermotif bunga-bunga kecil.

Baju yang mereka gunakan berbentuk baju kurung yang berlengan panjang dan dipadukan dengan rok panjang sampai ke tumit kaki dengan sebuah kipas lipat yang disisipkan dalam ikat pinggang. Pada bagian pergelangan tangan diikat dengan semacam bingkai berwarna merah. Sedangkan pada bagian leher baju kurung berhiaskan sulaman manik-manik.

Tarian Legu-Legu merupakan satu-satunya tarian ritual dalam istana kesultanan Ternate. Menurut sumber dari pihak keraton kesultanan Ternate, sebenarnya ada 12 macam atau variasi dari tarian ini dengan 12 lagu untuk masing-masing jenis. Namun saat ini yang dipentaskan hanya beberapa jenis Legu-Legu saja misalnya; AkilindoBombaka dan Dansapele.

Pada masa kini, tarian Legu-Legu yang sakral ini hanya dipertunjukan dalam rangka upacara kebesaran adat keraton Ternate, yaitu pada saat Upacara Penobatan Sultan (yang disebutSinonako Jou Kolano), Pengesahan/Penetapan istri Sultan sebagai “Permaisuri” (yang disebutSinonako Jou ma-Boki), Ulang Tahun Sultan, Penyambutan tamu agung di keraton. Akhir-akhir ini sering dipertunjukan dalam kegiatan rutin 2 tahunan yaitu pada setiap perhelatan Festival Keraton se-Nusantara yang pelaksanaannya berpindah-pindah tempat di setiap keraton dari anggota Festival tersebut. (@)
Legu-Legu Dancer (1870) Photo by Buwalda

Bambu Gila


Tarian Bambu Gila (foto: leppamaluku.blogspot)
Tarian Bambu Gila (foto: leppamaluku.blogspot)
MENDENGAR 'Bambu Gila' mungkin pikiran Anda akan teralih kepada sebuah benda bernama bambu. Tidak sepenuhnya salah, karena tarian berasal dari Maluku ini juga menggunakan medium bambu.

Bambu Gila merupakansebuah tarian yang mengandung unsur mistis, mantan, dan kemenyan. Sebanyak tujuh pria kuat bertarung melawan sebatang bambu dengan panjang sekitar 2,5 meter dan berdiameter 8 cm.

Ini merupakan pemandangan menarik, saat menyaksikan ini Anda akan merasakan pengalaman supranatural yang mungkin jarang atau belum pernah Anda rasakan sebelumnya.

Tarian ini juga dikenal dengan nama Buluh (bambu) Gila atau Bara Suwen. Pertunjukan ini bisa ditemui di dua desa yaitu Desa Liang, kecamatan Salahatu, dan Desa Mamala, kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Di Provinsi Maluku Utara, atraksi yang bernuansa mistis ini dapat dijumpai di beberapa daerah di kota Ternate dan sekitarnya.

Untuk memulai pertunjukan ini sang pawang membakar kemenyan di dalam tempurung kelapa sambil membaca mantra dalam ‘bahasa tanah’ yang merupakan salah satu bahasa tradisional Maluku. Kemudian asap kemenyan dihembuskan pada batang bambu yang akan digunakan. Jika menggunakan jahe maka itu dikunyah oleh pawang sambil membacakan mantra lalu disemburkan ke bambu.

Fungsi kemenyan atau jahe ini untuk memanggil roh para leluhur sehingga memberikan kekuatan mistis kepada bambu tersebut. Roh-roh inilah yang membuat batang bambu seakan-akan menggila atau terguncang-guncang dan semakin lama semakin kencang serta sulit untuk dikendalikan.

Dalam berbagai atraksi yang melibatkan hawa mistis, manusialah yang dirasuki oleh roh mistis tetapi dalam tarian ini roh mistis yang dipanggil dialihkan ke dalam bambu. Ketika pawang membacakan mantra berulang-ulang, si pawang lantas berteriak “gila, gila, gila!” Atraksi bambu gila pun dimulai. Alunan musik mulai dimainkan ketika tujuh pria yang memegang bambu mulai merasakan guncangan bambu gila.

Bambu terlihat bergerak sendiri ketika pawang menghembuskan asap dan menyemburkan jahe ke batang bambu. Para pria yang memeluk bambu mulai mengeluarkan tenaga mereka untuk mengendalikan kekuatan guncangan bambu. Ketika irama musik mulai dipercepat, bambu bertambah berat dan menari dengan kekuatan yang ada di dalamnya. Atraksi bambu gila berakhir dengan jatuh pingsannya para pemain di arena pertunjukan. Hal yang unik dari pertunjukan ini, kekuatan mistis bambu gila tidak akan hilang begitu saja sebelum diberi makan api melalui kertas yang dibakar.

Bambu yang digunakan merupakan bambu lokal. Namun, proses memilih dan memotong bambu tidak sembarangan, karena dibutuhkan perlakuan khusus. Pawang terlebih dahulu meminta izin dari roh yang menghuni hutan bambu tersebut.

Bambu kemudian dipotong dengan melakukan adat tradisional. Bambu dibersihkan dan dicuci dengan minyak kelapa kemudian dihiasi dengan kain pada setiap ujungnya. Dahulu, bambu langsung diambil dari Gunung Gamalama, gunung api di Ternate, Maluku Utara. Saat ini, tarian bambu gila dipelajari dan dimainkan di luar pulau Maluku.

Tradisi tari bambu gila diyakini sudah lama dimulai sebelum masa Islam dan Kristen masuk ke kepulauan ini. Saat ini tari berbau mistis ini hanya dipentaskan di beberapa desa kecil. Melihat tarian ini merupakan pengalaman spiritual yang unik. Lantunan mantra dari pawang dan tabuhan tifa menciptakan pertunjukan yang tidak bisa Anda temukan ditempat lain di dunia. Apalagi jika Anda ikut menari dengan bambu gila, membuat pengalaman ini sulit untuk Anda lupakan.

http://travel.okezone.com/read/2011/05/05/408/453504/bambu-gila-tarian-mistis-khas-maluku

Senin, 10 Oktober 2011

Tari Soya Soya dalam Ultah Sultan Ternate Pecahkan Rekor MURI

TERNATE - Atraksi ribuan penari Soya Soya di Ternate Maluku Utara masuk dalam Museum Rekor Indonesia.

Tidak hanya itu, atraksi yang dimainkan oleh 8.125 penari dalam rangka memeriahkan hari jadi Sultan Ternate, Mudhafar Syah yang ke-76 ini juga masuk dalam rekor dunia sebagai atraksi tarian adat dengan peserta terbanyak. Penyerahan Piagam Rekor diserahkan langsung oleh perwakilan Musium Rekor Indonesia kepada Sultan Ternate.

Banyaknya peserta tari mengakibatkan lapangan sepak bola Ngara Lamo tidak mampu menampung para penari tersebut. Hingga sebagian penari terpaksa melaksanakan tarian disepanjang jalan Batu Angus Sultan Babulah yang berada disamping Ngara Lamo.

Selain itu, atraksi tarian Soya Soya juga menarik antusiasme ribuan warga Ternate untuk menyaksikannya hingga rela datang ke Lapangan Ngara Lamo sejak pagi demi menyaksikan atraksi tarian yang dibawakan oleh pelajar tingkat sekolah dasar hingga menengah umum tersebut.

Muhdafar Syah selaku Sultan Ternate menyerahkan seperangkat alat tarian kepada pemimpin tarian yang kerap disebut Kapita berupa ikatan daun sesaat sebelum atraksi tari dimulai. Hal ini bermakna bahwa Kapita siap menerima tanggung jawab dari Sultan untuk memimpin pasukan untuk berperang.

Gerakan Soya Soya bukan sebuah gerakan tanpa makna. Soya Soya berarti gerakan yang menceritakan semangat pasukan kerultanan Ternate saat berperang mengusir penjajah Portugis dari Tanah Moloku Kieraha. Sedangkan, Soya Soya sendiri berarti semangat pantang menyerah yang mulai didengungkan saat Sultan Baabulah memimpin pasukan untuk merebut jenazah ayahnya Sultan Khairun yang meninggal di bunuh pasukan portugis pada tahun 1857 di benteng Rostra Sinor Derosario di kota Ternate Selatan.

Menurut Ketua Panitia, Arifin Jafar, pesta rakyat yang bernama Legu Gam ini merupakan agenda tetap pemerintah kota Ternate. Hal ini dilakukan lanjut Arifin, bukan tanpa alasan.

"Tujuan untuk menarik wisatawan berkunjung ke Ternate. Karena selain menampilkan atrakasi Soya Soya, panitia juga menampilkan pagelaran adat dan pameran produk Maluku Utara," ujar Arifin

Seiring perkembangan zaman, tarian Soya Soya kini lebih dikenal sebagai tarian khas untuk menyambut tamu kehormatan yang datang ke Maluku Utara. (abe)



http://news.okezone.com/read/2011/04/05/340/442415/tari-soya-soya-dalam-ultah-sultan-ternate-pecahkan-rekor-muri